Tidak bisa dipungkiri
lagi demam K-Pop telah melanda Indonesia, dimana-mana hal-hal yang berbau K-Pop
menjadi laris manis, mulai dari makanan, pakaian, budaya, bahasa yang berangkat
dari kesuksesan drama dan musik Korea yang mulai mewabah di kawasan ASIA. Dan di
Indonesia sendiri selain drama yang paling memberikan pengaruh adalah masuknya
industry musik K-Pop yang disambut hangat oleh para pengemarnya di tanah air.
Sebelumnya
yang perlu menjadi catatan penting kenapa kemudian gaya
bermusik K-Pop sendiri banyak digemari dan bahkan dijadikan
patokan oleh selebriti Indonesia,antara lain yaitu :
1. Indonesia adalah negara demokrasi, yang semua
informasi bisa bebas keluar masuk. Sifat dasar keramah-tamahan orang
Indonesia membuat kita menjadi terbuka pada semua tamu yang datang
termasuk K-Pop. Lebih lagi negara kita kurang memiliki filter atau
penyaringan untuk masuknya suatu budaya tertentu, sehingga
menyebabkan perkembangan K-Pop bisa terus menerus berlangsung di Indonesia.
2.
Penduduk
Indonesia memiliki budaya ‘latah’ yang tidak bisa dihindarkan untuk kita akui.
Kesuksesan satu warnet akan memberikan peluang usaha untuk ratusan warnet yang
baru. Begitu juga kesuksesan musik K-Pop akan membuat para pakar industri
menampilkan hal yang serupa untuk mendapatkan keuntungan. Seperti
kemunculan boyband Smash, S9B dan sebagainya. Lebih lagi media hiburan saat ini
sangat memberikan pengaruh dengan munculnya program musik di setiap harinya.
(Majalah Asian look, halaman 66, Volume 14).
3.
Kemajuan
teknologi yang tidak memberikan batasan jarak. Sehingga bisa melihat langsung
seperti apa perkembangan musik K-Pop yang selalu gencar bermain di dunia maya,
lebih lagi dengan keuntungan aliran musik K-Pop banyak pula artis-artis dari
Indonesia yang kemudian menyuguhkan musik yang sama, sehingga masyarakat terus
disuguhkan pada satu aliran musik. ( Majalah Asian
Hits, hal 14, Volume 4, Suka Bigbag gara-gara Heaven.
4.
Adanya
konformitas dari orang-orang sekitar yang menyukai K-Pop sehingga sedikit atau
banyak seseorang akan mulai tertarik pada dunia K-Pop itu sendiri. Lebih lagi
yang menjadi pasar dari musik ini kebanyakan adalah kalangan muda, dimana dalam
masanya mereka akan lebih cenderung konform pada teman-temannya.
Dari berbagai alasan
di atas kemudian menjadi mudah bagi aliran music K-Pop untuk berkembang di
Indonesia. Dan anak muda mulai mengidolakan mereka. Menurut tokoh psikologi
yang kita kenal, Sigmund Freud, konsep mengidolakan yang kita ketahui ini
sejalan dengan konsep identifikasi yang diungkapkannya.
Identifikasi sendiri
adalah mekanisme psikologis, dimana seseorang mencoba membentuk identitas
dirinya dengan cara mengadopsi secara total figur-figur idialnya (idola) untuk
dijadikan identitasnya. Dimana sebenarnya identifikasi sendiri berawal dari
mekanisme pertahanan diri anak, introyeksi. Dimana ketika terjadi oedipus
complex anak mulai mengintroyeksi kekuasaan orang tuanya untuk mempertahankan
diri yang ditandai dengan kemunculan superego. Sehingga anak kemudian mengambil
nilai-nilai yang di anut orang tuanya. Hanya saja pada saat anak melalui
perkembangan laten (kira-kira di usia enam -12 th), superego mereka menjadi
bersifat personal, yang berarti ada pergeseran dari sekedar identifikasi kaku
pada orang tua.
Disinilah kemudian
diketahui, bahwa identifikasi mulai bergerak bebas, tidak lagi pada orang tua,
seperti idola. Dimana dalam teori psikoanalitik, identifikasi dihubungkan
dengan proses tidak disadari yang dilalui seseorang dalam meniru karakteristik
(sikap, pola, perilaku, emosi) orang lain.
Dan dari beberapa
artikel yang kami kumpulkan terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan
proses identifikasi penggemar K-Pop pada Idolanya, antara lain yaitu :
a. Proses
peniruan tingkah laku dan gaya idola.
Dalam
teori psikoanalitik, identifikasi dihubungkan dengan proses tidak disadari yang
dilalui seseorang dalam meniru karakteristik (sikap, pola, perilaku, emosi)
orang lain. Misalnya saja secara tidak sadar seseorang mengikuti gaya bicara
sang idolanya. Ataupun ketika mereka meniru gaya rambut
dan penampilan para idolanya, seperti yang dilakukan oleh Zuzu, sebuah cover
dance dari boyband K-Pop yaitu Super Junior. Padahal dalam konteksnya
Superjunior adalah boyband yang notabene berjenis kelamin laki-laki sedang Zuzu
adalah para wanita yang rela memangkas rambut mereka demi terlihat sama dengan
idolanya. (majalah Asian Look, hal 46, Volume 14-ZUZU Cover Dance Superjunior)
b. Penyuka
Korea sering menyamakan diri dengan idolanya.
Dalam
pandangan psikoanalitik, identifikasi lebih dari penjiplakan perilaku idola
saja, seseorang juga memberi respons seolah-olah ia adalah sang idola.
Seseorang merasa ketika dia meniru sikap dari idolanya, mereka beranggapan
bahwa mereka telah menyerap sebagian kekuatan dan persyaratan yang dimiliki
idolanya. Sehingga kemudian tak jarang kita temui penggemar
korea yang mencover seperti apa idolanya mulai dari gaya rambut sampai pada
penampilan. (majalah Asian Look, hal 46, Volume 14-ZUZU Cover Dance
Superjunior) maupun ketika mereka mencover tarian dan gaya bernyanyi idolanya
(Majalah Asian Look, volume 14 hal 26-27-Korean Culture Center In Indonesia.
Majalah Asian Look, hal 60, Volume 14-Global Flashmob. Majalah Asian Look, hal
34-35 Volume 13, Shinee Word Day). Atau seperti yang terjadi pada boyband asal
Indonesia S9B yang menjadikan Superjunior sebagai role model mereka, sehingga
kemudian formasi boyband mereka juga mengarah sama pada idola mereka begitu
juga aksi mereka setiap kali tampil di atas panggung ( Majalah Asian Look,
halaman 56-Volume 14-Boyz Indonesi,S9B).
c. Mengoleksi
hal-hal yang berkaitan dengan Idola
Agar
bisa terlihat sama seperti sang idola, maka yang dilakukan para penggemar untuk
mengidentifikasi diri adalah dengan mengetahui apapun tentang idolanya,
sehingga ketika mereka ditanya tentang idolanya, mereka bisa menjelaskan dengan
jelas. Sehingga kemudian untuk idola mereka akan membuat mereka bersedia menyediakan waktu, kesempatan dan
uang mereka untuk membeli pernak-pernik atau hal-hal terkait dengan sang idola
mereka, pencarian informasi, membeli album, maupun mengikuti voting untuk
mendukung sang idola. (Koleski 2PM, Majalah Asian Look, hal 34-35
Volume 01, 20 Gejala terkena virus K-Pop)
d. Kesukaan
yang sama dengan Korea, membentuk interaksi yang baik.
Kesukaan
terhadap idola tidak hanya menuntun seseorang menjadi senang bergaul dengan
orang yang disenanginya dan memiliki kesamaan terhadap K-Pop, sehingga kemudian
saling terlibat dalam interaksi terkait dengan masalah K-Pop. Dimana saat membicarakan idola mereka menganggap bahwa
aturan yang berlaku adalah aturan yang disadur antara mereka dan idola mereka
(ingrup), bukan orang-orang diluar mereka (outgrup). Dalam
hal ini ditujukkan dengan munculnya klub-klub penggemar yang tentunya disatukan
dalam kesamaan terhadap idola, sehingga kemudian bisa berbagi terhadap berbagai
informasi yang mereka ketahui atau belum diketahui tentang idolanya. ( Majalah
Asian Look, halaman 52, Volume 13- Official Shinee World Indonesia Pusastnya
fans Shinee di Indonesia. Gaul, edisi 08 tahun XI, 27 Feb-4 mar 2012-ELF
Indonesia tetap Eksis).
0 komentar:
Posting Komentar